Minggu, 01 Mei 2016

Dieng, Saya Jatuh Cinta...

(1)
Minggu, 20 April 2014

     Embun masih pekat ketika saya dan rombongan bersiap-siap untuk berangkat ke Dieng. YES! DIENG! Saya luar biasa senang karena Dieng adalah salah satu wishlist saya. Dan akhirnya ada kesempatan untuk ke Dieng. 
"Ahelaah…ke Dieng doang kayak ke Venice saja hebohnya, Tik? Tiap waktu kan bisa kesono, deket ini." 
     Bukan perkara  gampang kesananya, murah, atau apa segala macem. Masalahnya, ndak temen yang bisa diajak ke Dieng (yang bisa saya tebengin, maksudnya. Kalau ada yang berminat, boleh kontak saya. Iya, adek terlalu murah, bang.). Jadi begitu ada barengannya, saya girang sekali. Rombongan saya isinya pak-bapak dan bu-ibu semua, btw. Mereka orangtua dan tetangga-tetangga saya. Serombongan ber-limabelas saja. Setelah semua beres, pukul 05.30 (molor setengah jam dari kesepakatan awal) kami berangkat dengan menyewa satu minibus elf (*ngegelendot Siwon* | Ini ngomongin mobil, bukan fans Suju! | Siwon temennya si buta dari goa hantu, maksudnya. | Itu Kliwon!).

     Rute yang kami lewati untuk ke Dieng adalah Karanganyar - Solo - Colomadu - Perempatan lampu merah setelah Pabrik Gula Colomadu ambil arah lurus (arah ke Boyolali) - Ampel - Salatiga - Bawen - Ambarawa - Secang - Temanggung - Wonosobo - Dieng (CMIIW, kalau masalah rute saya suka amnesia). Saya terus-menerus berdecak kagum selama di perjalanan. Siapa yang bisa santai ketika di perjalanan melihat dengan jarak lumayan dekat kegagahan Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing? Perjalanan yang luar biasa indahnya. Niat saya untuk tidur sebentar, langsung saya urungkan. Mubadzir kalau sudah dikasih pemandangan sebegitu cantiknya, tapi dilewatkan begitu saja. Ah, memang kemanapun tujuanmu, yang terpenting bukanlah tujuannya, tapi perjalanannya. 

     Saking tersihirnya, saya sampai tidak sadar sudah sampai di pos retribusi. Dengan membayar tarif retribusi Rp 2.000 per orang, tiket retribusi dan selembar peta kota Wonosobo sudah berada di genggaman. Sementara itu di telinga saya ada yang berbisik, "Sebentar lagi kamu akan lihat surga yang sesungguhnya". Lah? Surga? Kok malah medeni





***     

     Kami melanjutkan perjalanan naik ke Negeri Di Atas Awan, julukan untuk Dataran Tinggi Dieng. Dieng adalah kawasan dataran tinggi yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Itu masih di Jawa Tengah, masih di Indonesia, dan masih di bumi kok. Jadi berbanggalah, wahai wong Jawa Tengah. Kalau kalian sudah melewati gapura sejuta umat bertuliskan "Kawasan Dieng Plateu", berarti sudah sah ke Dieng. Tapi kami tidak berhenti untuk foto-foto karena takut kesiangan. Apalagi sebelumnya sempat terjebak macet di sekitar Alun-Alun Wonosobo dan itu membuang waktu sekali.

     Jalanan menuju Dieng ini adalah wahana "roller coaster" yang sesungguhnya. Jadi begitu masuk kawasan Dieng, kalian bakal disuguhi jalan yang bikin greget! Lebih menantang ketimbang ke Tawangmangu. Oke. Kawasan dataran tinggi Dieng berada di ketinggian kurang lebih 2.000 mdpl, sedangkan Tawangmangu hanya 1.200 mdpl. Maka dari itu, jangan asma kalau lewat jalan naik-turun, belak-belok, kanan kiri jurang, di depan ada orang yhang-yhangan, di belakang ada orang jombloan. Dua hal terakhir ini sih sepertinya yang lebih bikin asma. Tapi...viewnya! Yawlaaa. Cantik banget! Jadi ini toh yang dibisikkin ke kuping saya tadi, kalau bakal lihat surga yang sesungguhnya? Tiwas wedi je. Saya sampai tidak bisa mendeskripsikan keindahannya. Kalian harus lihat sendiri! Memang, sedikit berkabut. Tapi justru itu yang menambah "kemagisan" alam Dieng. Saya suka dan saya jatuh cinta...

     Perjalanan kami sempat tersendat karena suasana jalan yang cukup padat. Maklum hari Minggu. Kejebak macet di kawasan Dieng itu membutuhkan nyali dobel. Ketika di depanmu ada truk sarat penumpang, pas di tanjakan tajam, dan kamu berada di belakangnya karena mau nyalip tidak memungkinkan mengingat jalan yang tidak terlalu lebar juga, saya sarankan banyak-banyak doa deh. Beruntung, kami dapat supir yang sudah menguasai medannya. Sat set bat bet wuzzzz. Meski lumayan bikin deg-degan ya. Tapi lebih deg-degan ketemu gebetan yang kita hanya bisa mencintainya dalam diam.

     Setelah menembus kecantikan sekaligus kepadatan jalanan Dieng, sampailah kami di loket masuk wisata Dieng. Disini diberlakukan tiket terusan untuk 3 obyek wisata, yaitu Kawah Sikidang, Komplek Candi Arjuna, dan Dieng Plateu Theatre, seharga Rp 18.000 per orang. Sebenarnya di tiket bertuliskan Rp 20.000 untuk 3 obyek wisata yang saya sebutkan tadi beserta Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Tapi kata mbak-mbak petugasnya, yang Telaga Warna dan Telaga Pengilon langsung bayar di lokasinya. Kenapa tidak sekalian saja sih? Lagi musuhan ya? 




     Oiya, bagi kalian yang dolan ke Dieng disarankan membawa masker, karena bau belerangnya lumayan menyengat. Kalau tidak sempat beli, di loket masuk ada yang jual kok. Jadi, apa yang saya lakukan di Dieng? Monggo klik link dibawah...

Terimakasih.
Ketjoep!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar