Minggu, 12 Juni 2016

Ber-Sabtu Malam-an di Sadranan (Part 2)




     Di depan kami, segerombolan mas-mas bertelanjang dada sedang asyik menendang dan melempar bola sembari tertawa lepas. Bahagia, tanpa beban. Lain kali pakai miniset ya, Mas. Itu teteknya kendor, lari kesana-kemari. Ada pula gerombolan mas-mas lain yang sibuk mengais pasir pantai untuk "mengubur" temannya (gojekan jaman Warkop de-ka-i belum kenal luwak weit kofi). Tidak jauh dari mereka, banyak anak kecil kegirangan bermain ciprat-cipratan air pantai sembari sesekali meringis keasinan. Ada pula tiga orang cewek-cewek centil dengan muka pucat tanpa gincu dan pensil alis, sibuk mengarahkan lensa kamera untuk mendapatkan pose selfie terbaik. Dari arah parkiran, satu-persatu pengunjung mulai berdatangan dengan menenteng kamera dan tongsis kebanggaan. 

     Jarum jam memang masih menunjukkan pukul 06.00, tapi suasana pantai sudah mulai ramai. Ramai sekali. Kami pun mulai beberes tenda dan perintilan-perintilan lainnya. Jangan lupa bereskan sampah dan buang ke tempatnya. Selesai beberes, barulah kami berjalan-jalan menikmati pantai di pagi hari. Pantai Sadranan ini cantik dan cukup bersih. Saya, sangat suka! Ya meskipun masih ada satu-dua sampah yang berserak. Di sisi timur, ada batu karang besar yang berada di tengah-tengah. Kalau sewaktu air surut, katanya kita bisa jalan menyeberang dan naik kesana. Tapi yang jadi PR, sewaktu sudah diatas lalu tiba-tiba air kembali pasang, njuk mulihmu piye?







Photo by: Sugeng






Ini anak semalaman ngajak cari ikan mulu. Ngidam iwak ra ketulungan.  (Photo by: Sugeng)
     
     Masih di sisi timur pantai, ada tebing yang sepertinya bakal seru kalau kita naik ke atas sana. Dari bawah, tebing ini sudah sangat foto-able. Anak tangganya didesain sedemikian rupa dengan ornamen batu-batuan dan tanaman-tanaman cantik di kanan-kirinya. Katanya, diatas tebing terdapat bangunan villa mewah, tapi sudah lama tidak dipakai. Hmm...penasaran. 









Photo by: Sugeng

Spot terasoy di Pantai Sadranan


     Wow! Begitu sampai atas tebing, view pantai dan laut lepas terbentang di depan mata. Mata kami serasa dimanjakan. Di sisi kanan Pantai Sadranan, saya bisa melihat Pantai Slili dan Pantai Krakal. Sedangkan di sisi kiri, ada Pantai Ngandong dan Pantai Sundak yang tidak kalah ciamik. Lalu pandangan saya tertuju pada kamar-kamar villa yang memang nampak tak terurus. Padahal "surga" sekali ini, ada villa diatas tebing dengan view laut lepas. Kemudian ada satu lagi bangunan besar, seperti aula atau tempat makan villa (saya kurang tahu), yang justru masih bagus dan rapi. Tapi tidak ada orang sama sekali di dalam. Kurang tahu apakah villanya masih sering dipakai atau tidak.


View sisi kanan Pantai Sadranan

Idem

View sisi kiri Pantai Sadranan

Percayalah, ini kacanya yang burem. Bukan muka kita-kita yang belum mandi ini yang burem.

Yuli

Amer


Gal Gadot

***

     Banyak yang bisa dilakukan di Pantai Sadranan ini. Kalian bisa main layangan, karena ada yang menjajakan layangan di pantai. Beberapa gazebo yang berderet di pinggir pantai juga seakan melambai-melambai dan berteriak manja "Hey...come to me, baby!". Cocok untuk yang ingin pacaran. Hanya dengan Rp 20.000, gazebo ini bisa disewa sepuasnya. Bahkan juga bisa disewa semalaman penuh, jika kalian ingin ngecamp tapi tanpa tenda. Kata mase yang dari komunitas vespa Jogja itu, harga sewanya Rp 20.000 juga untuk semalaman. Kemudian bagi yang ingin menikmati kecantikan bawah air Pantai Sadranan, bisa mencoba snorkeling dengan merogoh kocek Rp 50.000, durasinya 2 jam. Atau kalian mau keplek ilat alias makan-makan saja? Bisa! Di Pantai Sadranan sudah terdapat banyak warung makan dengan menu utama ikan dan olahan seafood lainnya.








     Sementara bagi yang ingin bermalam, disini sudah banyak penginapan dengan tarif yang berbeda-beda. Atau mau merasakan bermalam dibawah tenda seperti kami, tapi kalian tidak bawa tenda? Kalian bisa menyewa tenda di pantai untuk kemping di area camping ground, yang terletak di bawah tebing bagian timur. Nah...sebenarnya kami fail nih kemping di Pantai Sadranan, karena pantainya sudah ramai dan tertata sekali. Bukan apa-apa, tapi "feel" kempingnya sedikit hilang. Oiya, untuk keperluan ke belakang alias toilet, kami hanya membayar Rp 5.000 untuk semalaman. Tarif itu disarankan oleh ibu-ibu pemilik warung sekaligus kamar mandinya. Hanya dengan lima ribu rupiah sudah bisa pipis sejebolnya. Warung si ibu ada di dekat parkiran, pokoknya yang ada spanduk "Pop Mie". Di Pantai Sadranan ini mungkin kekurangannya hanya satu, yaitu belum tersedia mushola yang memadai. Untuk keperluan sholat, hanya disediakan sebuah kamar sederhana di dekat parkiran, yang menyatu dengan warung makan. 

***

     Sekitar pukul 10.00, kami pulang. Di perjalanan, kami sempat mampir di satu tempat -entah apa namanya-. Tempat ini seperti bukit dengan "krowakan" di tengahnya. Nah, di bawah katanya terdapat 2 goa. Yang satu bisa tembus ke pantai, satunya lagi tembus ke goa yang lain. Tempat ini asyik. Mungkin ada yang bisa kasih info ke saya soal tempat ini? Lokasinya masih di kawasan Gunungkidul. Kalau kalian melewati jalan alternatif Gunungkidul-Solo, pasti melewati. Tapi, karena tempatnya gersang, disarankan untuk tidak kesana pas siang bolong. Bunuh diri, namanya.





Sepertinya goa yang dimaksud adalah bolongan dibawah itu.


In frame: Amer.


     Hanya sebentar saja kami mampir, kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Melewati jalan pedesaan dengan kanan-kiri pepohonan rindang, cukup "menghanyutkan" kami. Suer! Ngantuk parah! Saya boncengan sama Yuli dan saya yang di depan. Berulang kali, saya cari cara untuk menghalau kantuk. Mulai dari nyubit tangan sendiri, nampar pipi sendiri, nyanyi-nyanyi, ngedance, ngeteh, ngopi-ngopi, udud-udud, main catur, main karambol, main remi, main domino, sampai main dingdong. Kagak ngefek! Bahkan si Yuli di belakang sudah nyender aja. Tidur dia. Seumur-umur, baru kali ini saya naik motor diserang kantuk parah. 

     Beruntung kami segera sampai di rumah Very, di daerah Weru, Sukoharjo. Kami pun mampir untuk istirahat sebentar (baca: minta makan. M-i-n-t-a.). Sekitar satu jam kami goleran di rumah Very. Cukuplah untuk menyegarkan badan dan mata. Karena sudah sore, kami segera pulang. Saya sampai rumah sekitar pukul 17.00, dengan badan asli lengket parah karena tidak mandi. Sudah bayar toilet dan ente tidak mandi, Tik? Males. Sip.

     Menghabiskan Sabtu malam dengan teman, dapat teman baru, dapat pengalaman baru, jadi tahu teman-teman yang pada pinter ngapa-ngapain dan saya yang tidak bisa ngapa-ngapain. Akhir pekan yang menyenangkan. Terimakasih untuk Very dan keluarga yang rela menampung gembel-gembel ini, yang cuma mau numpang makan dan tiduran. 

Terimakasih.
Ketjoep!



Terimakasih, Sadranan...

     Sembari rebahan, saya pun mengambil kamera dari dalam tas dan melihat hasil foto-fotonya. Lalu, tangan saya berhenti mengklik next ketika sampai di salah satu foto. Hmm...not bad uga kita walau tanpa gincu dan pensil alis.


Di kaos saya itu remah-remah pasir pantai ya, bukan ketombe. FYI saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar